Siapakah engkau
sebenarnya?
Pertanyaan sederhana
tapi akan terasa dahsyat jika di renungkan…
Ya… siapakah engkau?
Setiap saat engkau berusaha memberikan pengesanan kepada dunia sekeliling
tentang keberadaan engkau. Sebagai siapapun engkau. Engkau berusaha menampilkan
citra terbaik untuk kepentingan diri mu.
Engkau berusaha
berkata-kata yang baik agar dunia menganggap engkau sebagai orang baik. Engkau
berusaha beribadah sebaik mungkin agar orang menganggap engkau sebagai manusia
sholeh. Engkau berpakaian rapi agar semua manusia menganggap engkau sebagai
manusia beradab. Engkau berusaha memberikan nasehat agar dunia menganggap
engkau orang sholeh, baik dan cerdas.
Dunia sekitar mu
tertipu, mereka menganggap demikianlah adanya diri mu. Mereka melihat
penampilan mu, jadilah engkau orang baik dimatanya. Mereka mendengar celoteh
mu, jadilah engkau orang bijak dipendengarnnya. Begitu senangnya engkau karena
mereka telah “melihat, mendengar dan menilai” engkau menjadi manusia sholeh
calon surga.
Engkau menjadi
“makhluq mulia” menyamai malaikat di hadapannya. Begitu mulia nya engkau,
sehingga ketika mereka bertemu engkau, mereka merundukan tubuhnya untuk
memuliakan engkau sebagai “manusia mulia”. Mereka akan mencium tanganmu jika
mereka bejabat tangan dengan mu, karena tanganmu adalah tangan yang penuh
dengan keberkahan.
Oh…. Mulianya diri
ini.
Betapa indah topeng
ini menutupi dirimu. Cobalah engkau tengok apa sesunggunya yang ada di balik
topeng kemuliaan ini. Tidak lebih dari seonggok barang busuk yang bahkan seekor
anjing sekalipun akan enggan walau sekedar mengenduskan penciumannya.
Wajah yang mulia
ternyata tidak lebih dari sekedar tempat bersemayam daging busuk, yang benama
hati yang munafik, hasud, dengki, riya dan seribu kebusukan yang tak bernama.
Tanganmu yang mereka
ciumi, tidak lebih dari tangan yang berlumuran kenistaan yang sangat
menjijikan, bahkan seekor kucing yang terbiasa menjilati tangannya pun, tidak
akan pernah mau untuk menjilat tangan kotor menjijikan ini.
Kata-katamu yang
bijak, ternyata tidak lebih dari tabir, agar dunia tidak melihat fikiranmu yang
cabul, licik, dan tukang adu domba.
Jangankan tuhan yang
Maha Tahu dan Maha Melihat, nyamuk makhluq yang kecilpun tahu betapa kotornya
engkau.
Cobalah tengok
kebelakang mu… masa lalumu menjijikan, seekor kecoapun akan muntah melihatnya.
Hatimu busuk, otakmu cabul, tanganmu penuh nanah kemaksiatan.
Tapi……. Engkau tidak
tahu diri.
Sekarang apa yang
kau lakukan. Engkau berdiri dengan gagah, berceramah menasehati orang yang
dosanya saja tidak sedahsyat engkau.
Engkau berkhotbah
mengajak untuk beribadah kepada orang yang pahalanya sudah tidak terhitung.
Engkau “mengajari”
jiwa-jiwa yang masih suci dengan jiwamu yang hitam pekat.
Engkau memang
makhluq yang tidak tahu diri. Bertobat dari dosa yang terdahulu saja belum kau
lakukan, kini kau telah berani pula menyuruh orang lain untuk bertaubat.
Sekedar engkau tahu,
salah satu cara bertaubat adalah berani mengakui dosa dan kesalahan. Sekarang
cobalah akui segala dosa-dosamu, tentu akan menjadi sebuah daftar panjang.
Marilah aku Bantu mendaftar dosamu.
Berapa bagian dari
tubuhmu yang terbentuk dari barang haram? Bukankah selama ini engkau begitu
suka makan sesuatu yang belum tentu halal… pantas saja jika tubuhmu malas
diajak beribadah dan senang bermaksiat, karena bahan bakumu terlalu banyak
barang haram. Engkau malas beristigfar, engkau malas berjama’ah, engkau malas
sholat malam, engkau malas membantu orang, engkau malas berbuat kebajikan.
Tapi… engkau senang
mencaci, engkau senang menyakiti, engkau senang bezina, engkau senang
memperkosa, engkau senang mendengkur, engkau senang melihat orang sengsara,
engkau senang pamer “kemuliaan”.
Berapa persen dari
otakmu yang terbuat dari barang haram? Bukankah selama ini engkau suka
menikmati sesuatu yang bukan hakmu…. Pantas saja engkau malas bertafakur
tentang kebesaran tuhanmu, engkau malas memuji-Nya, engkau malas mendengarkan
nasehat bijak, engkau malas menerima kebenaran.
Karena otakmu
terbuat dari barang haram, maka pantas ia dipenuhi dengan fikiran kotor.
Engkau suka berfikir cabul, engkau suka berperasaan hasud, engkau suka ghibah,
engkau suka memanfaatkan kesempitan orang.
Berapa lama waktumu
yang dipakai untuk bermaksiat?. Mencengangkan…. Ternyata hampir seluruh waktu
engkau pergunakan untuk maksiat kepada-Nya. Tidak aneh kalu kemudian hatimu
keras, jiwamu hampa, perasaanmu bengis.
Tidak sedikitpun
hatimu tersentuh oleh penderitaan orang lain, rakusmu menjadi-jadi ketika orang
lain sekarat, birahimu bergolak ketika orang lain meminta perlindunganmu. Tuhan
telah mati dari hatimu.
Ah….terlalu banyak
daftar dosa yang telah engkau perbuat, bahkan jika aku tidak berhenti mendaftar
maka seluruh tulisan ini hanya akan menjadi daftar dosa yang belum engkau
bertaubat darinya.
Lalu ajaib rasanya
jika engkau menginginkan dunia sekitarmu menta’atimu, menghargaimu, dan
membuatmu menjadi teladan. Engkau murka ketika mereka tidak ta’at kepadamu,
engkau marah mereka tidak mau tampil “mulia” sepertimu.
Tapi, tahukah
engkau, bahwa sekelilingmu adalah cermin besar bagimu, yang mampu menampung
gambar telanjangmu. Kau tahu cermin tidak pernah berdusta dalam penampakan
rupa…..jika gambarmu rusak, bukan cermin yang salah dan harus diperbaiki.
……………………. Lalu
engkau murka kepadaku…
Siapakah engkau berani lancang maenghakimi dan
menggurui ???.......(tanyamu)
Ketahuilah aku
adalah hatimu. Aku adalah wakil Allah kepadamu.
Sebagaimana Allah,
Tuhan semesta alam Yang Maha Mengetahui, tidak ada yang tersembunyi dari
pandangan-Nya, maka demikianlah aku. Engkau boleh menyembunyikan dosamu dari
dunia tapi tidak kepada-Ku. Engkau boleh menyiram bau busukmu dengan seribu
wewangian agar tidak tercium dunia, tapi tidak dari Penciuman-Ku.
Bahkan karena
kesombonganmu, engkau telah berani membunuh tuhanmu...
Aku
Hatimu
Nuranimu
Allah
Tuhanmu