Sabtu, 28 September 2013

MENGENAL DIRI (MUHASABAH)


Siapakah engkau sebenarnya?
Pertanyaan sederhana tapi akan terasa dahsyat jika di renungkan…
Ya… siapakah engkau? Setiap saat engkau berusaha memberikan pengesanan kepada dunia sekeliling tentang keberadaan engkau. Sebagai siapapun engkau. Engkau berusaha menampilkan citra terbaik untuk kepentingan diri mu. 
Engkau berusaha berkata-kata yang baik agar dunia menganggap engkau sebagai orang baik. Engkau berusaha beribadah sebaik mungkin agar orang menganggap engkau sebagai manusia sholeh. Engkau berpakaian rapi agar semua manusia menganggap engkau sebagai manusia beradab. Engkau berusaha memberikan nasehat agar dunia menganggap engkau orang sholeh, baik dan cerdas.
Dunia sekitar mu tertipu, mereka menganggap demikianlah adanya diri mu. Mereka melihat penampilan mu, jadilah engkau orang baik dimatanya. Mereka mendengar celoteh mu, jadilah engkau orang bijak dipendengarnnya. Begitu senangnya engkau karena mereka telah “melihat, mendengar dan menilai” engkau menjadi manusia sholeh calon surga.
Engkau menjadi “makhluq mulia” menyamai malaikat di hadapannya. Begitu mulia nya engkau, sehingga ketika mereka bertemu engkau, mereka merundukan tubuhnya untuk memuliakan engkau sebagai “manusia mulia”. Mereka akan mencium tanganmu jika mereka bejabat tangan dengan mu, karena tanganmu adalah tangan yang penuh dengan keberkahan.
Oh…. Mulianya diri ini.
Betapa indah topeng ini menutupi dirimu. Cobalah engkau tengok apa sesunggunya yang ada di balik topeng kemuliaan ini. Tidak lebih dari seonggok barang busuk yang bahkan seekor anjing sekalipun akan enggan walau sekedar mengenduskan penciumannya.
Wajah yang mulia ternyata tidak lebih dari sekedar tempat bersemayam daging busuk, yang benama hati yang munafik, hasud, dengki, riya dan seribu kebusukan yang tak bernama.
Tanganmu yang mereka ciumi, tidak lebih dari tangan yang berlumuran kenistaan yang sangat menjijikan, bahkan seekor kucing yang terbiasa menjilati tangannya pun, tidak akan pernah mau untuk menjilat tangan kotor menjijikan ini.
Kata-katamu yang bijak, ternyata tidak lebih dari tabir, agar dunia tidak melihat fikiranmu yang cabul, licik, dan tukang adu domba.
Jangankan tuhan yang Maha Tahu dan Maha Melihat, nyamuk makhluq yang kecilpun tahu betapa kotornya engkau.
Cobalah tengok kebelakang mu… masa lalumu menjijikan, seekor kecoapun akan muntah melihatnya. Hatimu busuk, otakmu cabul, tanganmu penuh nanah kemaksiatan.
Tapi……. Engkau tidak tahu diri.
Sekarang apa yang kau lakukan. Engkau berdiri dengan gagah, berceramah menasehati orang yang dosanya saja tidak sedahsyat engkau.
Engkau berkhotbah mengajak untuk beribadah kepada orang yang pahalanya sudah tidak terhitung.
Engkau “mengajari” jiwa-jiwa yang masih suci dengan jiwamu yang hitam pekat.
Engkau memang makhluq yang tidak tahu diri. Bertobat dari dosa yang terdahulu saja belum kau lakukan, kini kau telah berani pula menyuruh orang lain untuk bertaubat.
Sekedar engkau tahu, salah satu cara bertaubat adalah berani mengakui dosa dan kesalahan. Sekarang cobalah akui segala dosa-dosamu, tentu akan menjadi sebuah daftar panjang. Marilah aku Bantu mendaftar dosamu.
Berapa bagian dari tubuhmu yang terbentuk dari barang haram? Bukankah selama ini engkau begitu suka makan sesuatu yang belum tentu halal… pantas saja jika tubuhmu malas diajak beribadah dan senang bermaksiat, karena bahan bakumu terlalu banyak barang haram. Engkau malas beristigfar, engkau malas berjama’ah, engkau malas sholat malam, engkau malas membantu orang, engkau malas berbuat kebajikan.
Tapi… engkau senang mencaci, engkau senang menyakiti, engkau senang bezina, engkau senang memperkosa, engkau senang mendengkur, engkau senang melihat orang sengsara, engkau senang pamer “kemuliaan”.
Berapa persen dari otakmu yang terbuat dari barang haram? Bukankah selama ini engkau suka menikmati sesuatu yang bukan hakmu…. Pantas saja engkau malas bertafakur tentang kebesaran tuhanmu, engkau malas memuji-Nya, engkau malas mendengarkan nasehat bijak, engkau malas menerima kebenaran.
Karena  otakmu terbuat dari barang haram, maka pantas ia dipenuhi dengan fikiran kotor.  Engkau suka berfikir cabul, engkau suka berperasaan hasud, engkau suka ghibah, engkau suka memanfaatkan kesempitan orang.
Berapa lama waktumu yang dipakai untuk bermaksiat?. Mencengangkan…. Ternyata hampir seluruh waktu engkau pergunakan untuk maksiat kepada-Nya. Tidak aneh kalu kemudian hatimu keras, jiwamu hampa, perasaanmu bengis.
Tidak sedikitpun hatimu tersentuh oleh penderitaan orang lain, rakusmu menjadi-jadi ketika orang lain sekarat, birahimu bergolak ketika orang lain meminta perlindunganmu. Tuhan telah mati dari hatimu.
Ah….terlalu banyak daftar dosa yang telah engkau perbuat, bahkan jika aku tidak berhenti mendaftar maka seluruh tulisan ini hanya akan menjadi daftar dosa yang belum engkau bertaubat darinya.
Lalu ajaib rasanya jika engkau menginginkan dunia sekitarmu menta’atimu, menghargaimu, dan membuatmu menjadi teladan. Engkau murka ketika mereka tidak ta’at kepadamu, engkau marah mereka tidak mau tampil “mulia” sepertimu.
Tapi, tahukah engkau, bahwa sekelilingmu adalah cermin besar bagimu, yang mampu menampung gambar telanjangmu. Kau tahu cermin tidak pernah berdusta dalam penampakan rupa…..jika gambarmu rusak, bukan cermin yang salah dan harus diperbaiki.
……………………. Lalu engkau murka kepadaku…
Siapakah engkau berani lancang maenghakimi dan menggurui ???.......(tanyamu)
Ketahuilah aku adalah hatimu. Aku adalah wakil Allah kepadamu.
Sebagaimana Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Mengetahui, tidak ada yang tersembunyi dari pandangan-Nya, maka demikianlah aku. Engkau boleh menyembunyikan dosamu dari dunia tapi tidak kepada-Ku. Engkau boleh menyiram bau busukmu dengan seribu wewangian agar tidak tercium dunia, tapi tidak dari Penciuman-Ku.
Bahkan karena kesombonganmu, engkau telah berani membunuh tuhanmu...
Aku
Hatimu
Nuranimu
Allah
Tuhanmu

Senin, 23 September 2013

hati yang bahagia

bahagia
setiap orang selalu menginginkan kebahagiaan hidup, sebagai apapun dia...
tidak perduli siapa diri anda, presiden atau pengamen, pejabat atau penjahat,,, anak muda atu orang yang sudah bau tanah, pasti ingain kebahagiaan...
Hanya saja banyak orang yang tidak tahu hendak kemana dia mencari bahagia, persis orang asing mencari alamat di tempat baru...
Tapi tahukah kita bahwa sumber Bahagia sesungguhnya tidak jauh dari kita. Yah... sumbaer bahagia adalah terletak pada hati yang sehat.
Bersambung....