Jumat, 17 Januari 2014

MAULID NABI

Setiap bulan rabiul awwal (Bulan mulud, dalam sebutan jawa) tiba, hampir di semua pelosok yang ada penganut islamnya, berlomba-lomba memperingati hari kelahiran baginda alam Rasululullah Muhammad saw. Umat islam memperingati maulid dengan berbagai cara, ada yang mengadakan tabligh akbar, pawai, perlombaan, “Ngariung”, dan lain sebagainya. Ini menunjukan hal yang sangat positif, karena mereka melakukan itu semua karena kecintaan kepada rasulullah. Hanya saja, seringkali esensi dari peringatan itu terlupakan. Padahal sejatinya peringatan itu adalah untuk mengenal lebih dalam baginda kita, dan pada akhirnya kita bisa mencintai secara sederhana dan murni baginda kita.
Sejatinya, setelah kita memperingati hari lahir baginda rasulullah saw, maka hati kita akan semakin terpaut kepada beliau. Salah satu ciri hati yang terpaut (Jatuh cinta) kepada sesuatu paling tidak ada 2 ciri:
1.     Sering menyebut-nyebut namanya.
Sebagaimana kita pernah jatuh cinta kepada seseorang, kita biasanya akan sangat sering menyebut-nyebut namanya. Bahkan hati kita tiba-tiba berdetak kencang ketika nama orang yang kita cintai disebutkan sekalipun oleh orang lain. Kita merasakan nikmat ketika menyebut dan membayangkannya, kita menjadi rindu ingin menemuinya.
Demikian juga jika kita mencintai baginda kita rasulullah saw, maka kita akan sangat suka menyebut-nyebut namanya. Menyebut nama rasulullah adalah sebagaimana yang telah diajarkan adalah bershalawat kepadanya, minimal dengan ucapan “allahumma sholli ‘alaa sayidina Muhammad, wa ‘alaa sayidina Muhammad”.
Nah, kita bisa mengukur seberapa besar cinta kita kepada beliau adalah dengan seberapa sering kita bershalawat kepadanya

2.    Suka meniru-niru kepribadiannya (mengidolakan)
Hampir semua manusia hidup di dunia melakukan sesuatu adalah dengan proses meniru. Sebagai pribadi peniru, maka ada hal yang sering mempengaruhi kepribadian kita adalah orang yang menjadi idola kita. Dalam dunia remaja biasanya tokoh idola yang sering muncul adalah penyanyi, kelompok band, selebritis dan lain sebagainya. Untuk mereka yang telah mengidolakan seseorang, maka mereka berlomba-lomba untuk menirukan apapun yang dilakukan tokoh idola mereka, dari mulai gaya rambut, pakaian, hobi, bahkan ada yang sanggup mengubah bentuk tubuh tertentu agar terlihat mirip dengan idolanya. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada tokoh idola.
Halnya dengan mencintai dan mengidolakan baginda kita rasulullah saw, tentu kita akan meniru banyak hal dari beliau jika kita mencintai dan mengidolakannya. Rasulullah secara pribadi sangat mungkin untuk ditiru (tentu saja jika kita mengidolakannya), sebagai apapun kita.
Sebagai pemimpin, sejarah telah mencatat bahwa rasulullah adalah pemimpin umat yang amat yang dicintai oleh rakyatnya pada masa itu, Hal itu terjadi karena beliau amat mencintai rakyatnya. Beliau hidup sangat sederhana, meski beliau sanggup untuk hidup senang. Sejarah telah mencatat, bagaimana rasulullah sampai harus mengganjal perutnya dengan batu, karena menahan lapar, yang padahal jika beliau mau bercerita kepada para sahabatnya niscaya para sahabatnya akan langsung memberikan apa yang mereka miliki untuk pemimpinnya. Rasulullah tidak melakukan itu karena beliau tidak ingin menyusahakan umatnya.
Lalu bagaimana dengan pemimpin kita? Bahkan mereka memiliki mobil mewah berpuluh jumlahnya meski masih banyak rakyatnya yang tidak bisa makan layak sekalipun.
Sebagai manusia, rasulullah terkenal dengan sifat baik budi pekertinya, tidak ada satupun sahabatnya yang pernah merasakan sakit hati oleh rasulullah baik dengan perbuatan maupun perkataan. Beliau teramat santun berprilaku kepada sesama, besar, kecil, tua, muda, kaya, miskin, semua mendapat perlakuan terhormat dari beliau. Jangankan kepada para sahabatnya, kepada para musuhnyapun rasulullah berlaku sangat menghargai.
Lalu bagaimana dengan diri kita? Hari-hari kita lebih banyak menyakiti perasaan orang-orang sekitar kita, baik dengan perbuatan, maupun dengan perkataan. Kita menjadi orang sebaliknya, jangankan kepada musuh, bahkan kepada saudara dan sahabat sendiri kita biasa berlaku kurang menghargai. Jangankan kepada tetangga yang jauh kepada yang dekat saja kita tidak perduli.
Terlalu banyak hal yang tidak bisa disebutkan tentang mulianya pribadi rasulullah, sama dengan terlalu banyak hal yang buruk yang tidak bisa kita sebutkan dari pribadi kita.
Nah, pada moment yang baik ini, mari kita mencoba mengenal rasulullah lebih dalam lagi, agar kita bisa lebih “jatuh cinta” kepada beliau. Tentu saja jatuh cinta yang melahirkan paling tidak dua tanda tadi, karena jika kita bisa melahirkan dua tanda tersebut, maka kita akan mudah dikenali oleh baginda kita rasulullah saw, di akhirat kelak dan mudah-mudahan juga kita berhak atas syafaat beliau, karena setidaknya kita adalah orang yang “SUKA BERSHALAWAT KEPADANYA DAN SUKA MENIRU KEPRIBADIANNYA”.
Firman, 18 januari 2014