Setiap bulan rabiul awwal (Bulan
mulud, dalam sebutan jawa) tiba, hampir di semua pelosok yang ada penganut
islamnya, berlomba-lomba memperingati hari kelahiran baginda alam Rasululullah
Muhammad saw. Umat islam memperingati maulid dengan berbagai cara, ada yang
mengadakan tabligh akbar, pawai, perlombaan, “Ngariung”, dan lain sebagainya. Ini
menunjukan hal yang sangat positif, karena mereka melakukan itu semua karena
kecintaan kepada rasulullah. Hanya saja, seringkali esensi dari peringatan itu
terlupakan. Padahal sejatinya peringatan itu adalah untuk mengenal lebih dalam
baginda kita, dan pada akhirnya kita bisa mencintai secara sederhana dan murni
baginda kita.
Sejatinya, setelah kita memperingati
hari lahir baginda rasulullah saw, maka hati kita akan semakin terpaut kepada
beliau. Salah satu ciri hati yang terpaut (Jatuh cinta) kepada sesuatu paling
tidak ada 2 ciri:
1. Sering menyebut-nyebut
namanya.
Sebagaimana
kita pernah jatuh cinta kepada seseorang, kita biasanya akan sangat sering
menyebut-nyebut namanya. Bahkan hati kita tiba-tiba berdetak kencang ketika
nama orang yang kita cintai disebutkan sekalipun oleh orang lain. Kita merasakan
nikmat ketika menyebut dan membayangkannya, kita menjadi rindu ingin
menemuinya.
Demikian juga
jika kita mencintai baginda kita rasulullah saw, maka kita akan sangat suka
menyebut-nyebut namanya. Menyebut nama rasulullah adalah sebagaimana yang telah
diajarkan adalah bershalawat kepadanya, minimal dengan ucapan “allahumma sholli
‘alaa sayidina Muhammad, wa ‘alaa sayidina Muhammad”.
Nah, kita
bisa mengukur seberapa besar cinta kita kepada beliau adalah dengan seberapa sering
kita bershalawat kepadanya
2. Suka meniru-niru
kepribadiannya (mengidolakan)
Hampir semua
manusia hidup di dunia melakukan sesuatu adalah dengan proses meniru. Sebagai pribadi
peniru, maka ada hal yang sering mempengaruhi kepribadian kita adalah orang
yang menjadi idola kita. Dalam dunia remaja biasanya tokoh idola yang sering
muncul adalah penyanyi, kelompok band, selebritis dan lain sebagainya. Untuk mereka
yang telah mengidolakan seseorang, maka mereka berlomba-lomba untuk menirukan
apapun yang dilakukan tokoh idola mereka, dari mulai gaya rambut, pakaian,
hobi, bahkan ada yang sanggup mengubah bentuk tubuh tertentu agar terlihat
mirip dengan idolanya. Hal ini dilakukan karena kecintaannya kepada tokoh
idola.
Halnya
dengan mencintai dan mengidolakan baginda kita rasulullah saw, tentu kita akan
meniru banyak hal dari beliau jika kita mencintai dan mengidolakannya. Rasulullah
secara pribadi sangat mungkin untuk ditiru (tentu saja jika kita
mengidolakannya), sebagai apapun kita.
Sebagai pemimpin,
sejarah telah mencatat bahwa rasulullah adalah pemimpin umat yang amat yang
dicintai oleh rakyatnya pada masa itu, Hal itu terjadi karena beliau amat
mencintai rakyatnya. Beliau hidup sangat sederhana, meski beliau sanggup untuk
hidup senang. Sejarah telah mencatat, bagaimana rasulullah sampai harus
mengganjal perutnya dengan batu, karena menahan lapar, yang padahal jika beliau
mau bercerita kepada para sahabatnya niscaya para sahabatnya akan langsung
memberikan apa yang mereka miliki untuk pemimpinnya. Rasulullah tidak melakukan
itu karena beliau tidak ingin menyusahakan umatnya.
Lalu bagaimana
dengan pemimpin kita? Bahkan mereka memiliki mobil mewah berpuluh jumlahnya
meski masih banyak rakyatnya yang tidak bisa makan layak sekalipun.
Sebagai manusia,
rasulullah terkenal dengan sifat baik budi pekertinya, tidak ada satupun
sahabatnya yang pernah merasakan sakit hati oleh rasulullah baik dengan
perbuatan maupun perkataan. Beliau teramat santun berprilaku kepada sesama,
besar, kecil, tua, muda, kaya, miskin, semua mendapat perlakuan terhormat dari
beliau. Jangankan kepada para sahabatnya, kepada para musuhnyapun rasulullah
berlaku sangat menghargai.
Lalu bagaimana
dengan diri kita? Hari-hari kita lebih banyak menyakiti perasaan orang-orang
sekitar kita, baik dengan perbuatan, maupun dengan perkataan. Kita menjadi orang
sebaliknya, jangankan kepada musuh, bahkan kepada saudara dan sahabat sendiri
kita biasa berlaku kurang menghargai. Jangankan kepada tetangga yang jauh
kepada yang dekat saja kita tidak perduli.
Terlalu banyak hal yang tidak
bisa disebutkan tentang mulianya pribadi rasulullah, sama dengan terlalu banyak
hal yang buruk yang tidak bisa kita sebutkan dari pribadi kita.
Nah, pada moment yang baik ini,
mari kita mencoba mengenal rasulullah lebih dalam lagi, agar kita bisa lebih “jatuh
cinta” kepada beliau. Tentu saja jatuh cinta yang melahirkan paling tidak dua
tanda tadi, karena jika kita bisa melahirkan dua tanda tersebut, maka kita akan
mudah dikenali oleh baginda kita rasulullah saw, di akhirat kelak dan
mudah-mudahan juga kita berhak atas syafaat beliau, karena setidaknya kita
adalah orang yang “SUKA BERSHALAWAT KEPADANYA DAN SUKA MENIRU KEPRIBADIANNYA”.
Firman, 18 januari 2014