MIMPI
ATAU HARAPAN ?
Oleh;
Firman
Hampir bisa dipastikan bahwa
setiap manusia hidup memiliki mimpi, (tentu saja ini hanya berlaku untuk
manusia yang normal) sebagai apapun dia. Besarnya mimpi biasanya tergantung
dari keadaan atau latar belakang pelakunya (pemilik mimpi), tentu tidak begitu
nyambung jika seorang guru yang konsen dengan bidang pendidikan bermimpi ingin
memiliki pesawat tempur canggih, atau seorang ahli pijat profesional ingin
punya bisnis jasa pasukan khusus pembasmi teroris (meski hal itu sah-sah saja
karena bermimpi tidak ada yang melarang). Karena jika itu yang terjadi maka
mimpi yang dimaksud tentu tidak akan jadi harapan.
Harapan sedikit berbeda dengan
mimpi. Jika mimpi boleh-boleh saja meski tidak begitu “nyambung” dengan keadaan
sekarang, maka harapan biasanya adalah mimpi yang realistis. Contoh
sederhananya, jika saya seorang tukang jahit profesional maka akan realistis
jika saya ingin memiliki perusahaan konpeksi yang memroduksi pakaian secara
masal. Atau jika saya seorang bidan, maka akan realistis mimpi saya jika saya
bermimpi memiliki klinik pribadi untuk berpraktek.
Allah yang Maha Kuasa telah
memberikan beragam potensi kepada manusia untuk menjadi apapun yang dia
fikirkan (diharapkan). Ada beberapa hal potensi dasar yang ada pada manusia
untuk mewujudkan harapan-harapan dalam kehidupan.
Pertama; Manusia dikaruniai akal untuk berfikir.
Dengan akal manusia sanggup menyelesaikan berbagai hal kesulitan hidup, tentu
saja akal yang sudah dibekali dengan pengetahuan. Potensi ini diberikan kepada
manusia pada umumnya, tinggal bagaimana manusia tersebut mengoptimalkan akal
masing-masing. Tentu untuk mereka yang bermimpi ingin memiliki perusahaan, maka
hal yang paling mungkin untuk dirinya adalah bagaimana memenuhi akalnya dengan
pengetahuan tentang dunia usaha. Untuk mereka yang bermimpi menjadi penulis
tentu sangat masuk akal jika dia berusaha memenuhi akalnya dengan pengetuahuan
dunia menulis, dan seterusnya.
Kedua; Manusia
dianugerakan hati tempat munculnya semangat (motivasi). Motivasi ini sangat
beragam bentuknya, ada orang yang bekerja siang malam dengan harapan bisa
membahagiakan orang-orang yang disayanginya. Ada orang yang sanggup bermain
drum 24 jam nonstop untuk sekedar membuktikan kepada orang-orang bahwa dia adalah
penabuh drum yang tangguh, atau bahkan ada yang sanggup bertaruh nyawa (meski
konyol) seperti tidur dengan ratusan ular berbisa di sebuah ruangan hanya
karena ingin terkenal dan masuk TV, sebagaimana yang sering muncul di berbagai
stasiun TV, Seluruhnya itu berangkat dari motivasi. Dan motivsasi ini bisa
dikondisikan oleh masing-masing manusia. Beruntunglah manusia yang memiliki
iman kepada Allah, karena sebagai orang yang beriman tentu tidak sulit
mengarahkan motivasi hidup untuk berbuat apapun, tentu saja karena orang
beriman sudah diarahkan untuk melakukan berbagai hal dengan landasan ibadah
kepada-Nya.
Selain dari itu, motivasi juga
memberikan energi melimpah (baca; semangat) kepada yang memilikinya, dia akan
menjadi sangat tangguh dalam menghadapi segala kesulitan apapun bentuknya,
tidak putus asa, bahkan kata “gagal” tidak ada dalam kamus hidupnya, jikapun
gagal, dia akan menganggap itu adalah keberhasilan yang tertunda. Bahkan untuk
mereka yang memiliki motivasi tinggi keterbatasan fisik bukanlah jadi
penghalang untuk mewujudkan harapan hidupnya. Untuk reverensi; (untuk tidak
menyita terlalu banyak tempat) silahkan cari sendiri kisah-kisah inspiratif
dari berbagai sumber.
Ketiga; Manusia
dianugerahkan bakat (khusus; tidak semua orang). Untuk yang satu ini
beruntunglah mereka yang terlahir telah dikarunia bakat tertentu, meski bakat
tidak selalu menjamin dia berhasil dalam bidangnya. Agar lebih mudah dipahami
demikian; untuk menguasai kemampuan berhitung, orang yang dikaruniai bakat,
satu kali dijelaskan kemudian satu kali mencoba maka dia bisa langsung
menguasai kemampuan tersebut dengan baik, tetapi untuk mereka yang tidak
dianugerahkan bakat, maka harus dijelaskan dan melakukannya berkali-kali baru
dapat menguasainya dengan baik.
Allah Maha adil dalam menciptakan
potensi untuk masing-masing individu, sehingga Allah tidak mensyaratkan
keberhasilan hanya ada pada bakat alami saja. Maka meski tanpa bakat seorang
manusia bisa saja diberikan minat yang luar biasa terhadap sesuatu, sehingga
pada akhirnya dia bisa saja lebih menguasai dari mereka yang berbakat
sekalipun. Bahkan dalam berbagai contoh ada banyak manusia dengan bakat
melimpah (multi talent) malah tidak satupun dapat terwujud dalam kehidupannya.
Potensi yang terakhir dan
dimiliki oleh semua orang (tapi amat sering ditiggalkan) adalah DOA.
Doa adalah permohonan manusia
kepada Allah sebagai penciptanya. Dan bahkan potensi terakhir inilah yang paing
sering menjadi solusi untuk manusia ditengah segala keterbatasannya, karena doa
juga memang disediakan oleh Allah untuk (salah satunya) menghindarkan manusia
dari sifat kesombongan yang akan menghancurkannya. Dengan doa manusia diajarkan
untuk selalu melibatkan Allah dalam segala hal, walaupun dia memiliki banyak
potensi pada akhirnya akan disadari bahwa segalanya berasal dari Allah.
Dari semua potensi yang ada pada
masing-masing manusia, maka manusia pada dasarnya telah diberikan dua potensi
dasar yang sama yakni akal dan hati, dan satu potensi yang merupakan fasilitas
istimewa yakni doa. Maka dengan ketiga hal tersebut sesungguhnya setiap
manusisa akan sanggup untuk mewujudkan mimpi-mimpinya (tentu saja mimpi yang
rasional seperti contoh di atas, baca; harapan).
Jadi, untuk mereka yang tengah
menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) misalnya, tentu lulus dengan nilai
sempurna, lalu diterima diperguruan tinggi favorit melalui bea siswa penuh
adalah harapan yang sangat mungkin, dengan catatan mereka mau :
Memaksimalkan
potensi akal fikiran dengan cara belajar sungguh-sungguh
Memiliki motivasi
tinggi, (jikapun sulit mencari motivasi, paling tidak ingin membuat orang tua
bangga)
Berdoa
dengan sungguh-sungguh.
Berkenaan dengan bakat ;
tidak
semua dari kita memilik bakat
sekali
lagi bakat bukanlah hal yang utama,
Nah, jika semua sudah kita
siapkan, maka kita seperti petani yang telah menanam, merawat, dan mejaga
tanamannya, maka insya Allah sebentar lagi kita akan memanen hasilnya. Lalu
jika kita hanya berharap tapi tidak berbuat apapun maka, pepatah mengatakan
“Bagaikan Mimpi Di Siang Bolong”, dan boleh jadi semua dari kita sepakat untuk
mengatakan
MIMPI
KALI YEEEE !!!!!
Kepuh, Januari 2014